Tiupan Sangkakala

Sesungguhnya ketika Allah telah mengizinkan berakhirnya dunia dan kehancuran alam semesta, maka Dia akan memerintahkan kepada malaikat yang diwakilkan untuk meniup “Shur” (terompet raksasa atau sangkakala), yaitu malaikat Israfil, sebanyak tiga kali tiupan:

 


Tiupan pertama, yakni tiupan goncangan.
Tiupan pertama ini sangat panjang dan menyebabkan keguncangan dan kepanikan semua yang berada di langit dan yang berada di bumi, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah, yaitu para Nabi dan para syahid. Karena tiupan ini akan menggetarkan dan membuat panik semua yang hidup, sedangkan para Rasul dan syahid hidup di sisi Allah, maka Dia pun melindungi mereka dari guncangan tiupan ini.

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan di bumi, kecuali siapa-siapa yang dikehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapinya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml [27]: 87)

Tiupan ini akan menimpa segenap alam semesta dengan guncangan keras dan hebat yang akan menanggalkan segala hubungan (sendi) dan melepaskan semua ikatan yang mengikat susunan setiap bagian alam yang rapi (harmonis) ini. Maka, ia akan mengguncangkan bumi seguncang-guncangnya, mendatarkan gunung dengan bumi selumat-lumatnya, meletuskan gunung-gunung dengan sangat sehingga menjadi debu yang bertebaran, membuat laut-laut saling beradu dan mengeluarkan api yang menyala, langit akan menjadi pecah secara luar biasa, dan hilanglah hukum gravitasi yang biasa kita kenal, maka planet pun saling bertabrakan, bintang-bintang berjatuhan, bersatulah matahari dengan bulan dan hilanglah cahaya semua benda-benda tersebut dan binasa, setelah itu keadaan alam semesta kembali seperti sebelum Allah swt menciptakannya yaitu hanya berupa kabut dan gas (asap).

Tiupan itulah yang akan didengar oleh setiap jiwa dengan seksama. Tiupan inilah yang akan datang kepada manusia dengan tiba-tiba sedang mereka lengah dan terlena dalam kekufuran.

“Sungguh akan berdiri hari kiamat (dengan mengejutkan) di mana apabila dua orang laki-laki telah memajang pakaian (dagangan)nya, maka keduanya tidak akan (sempat) memperjualbelikan ataupun melipatnya kembali, dan sungguh akan berdiri hari kiamat (dengan mengejutkan) di mana apabila seorang laki-laki sudah memerah susu (ternak)nya maka ia tidak akan (sempat) meminumnya, dan sungguh akan berdiri hari kiamat (dengan mengejutkan) di mana apabila seseorang sudah melepa (dengan tanah liat) sumurnya maka ia tidak akan (sempat) meminum airnya, dan sungguh akan berdiri hari kiamat (dengan mengejutkan) sehingga apabila seseorang sudah mengangkat makanan ke mulutnya, maka ia tidak akan (sempat) memakannya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

“Hai manusia bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya guncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu; lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah semua kandungan seluruh wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka semua tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” (QS. Al-Hajj [22]: 1-2).


Tiupan kedua, yakni tiupan kejutan (pingsan) dan kematian.
Setelah tiupan pertama, Allah swt memerintah malaikat Israfil untuk meniup “Shur” pada kali yang kedua. Dengan tiupan ini terkejutlah semua (pingsan) dan matilah semua makhluk yang berada di langit dan di bumi—termasuk para Nabi dan para syahid—kecuali yang dikehendaki oleh Allah, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, dan empat malaikat pembawa Arasy.

“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa-siapa yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (keputusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar [39]: 68).

Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat maut (Izrail) untuk mencabut nyawa Jibril, Mikail, Israfil, dan empat malaikat pembawa Arasy, maka tidak ada yang tersisa kecuali Allah dan Izrail. Kemudian Allah berkata kepada malaikat maut: “Wahai malaikat maut, kamu adalah salah satu dari makhluk-makhluk-Ku, maka sekarang matilah kamu.” Dengan demikian matilah malaikat maut dan tidak ada yang tersisa kecuali Allah Yang Maha Perkasa, Yang Hidup Yang tidak pernah mati, Yang Awal Yang tidak ada sebelum-Nya sesuatu apapun, Yang Akhir Yang tidak ada sesudah-Nya sesuatu apapun.

Kemudian Allah memegang dan menggoyangkan semua langit dengan tangan kanan-Nya, seraya berkata: “Akulah Raja, Akulah Penguasa, di manakah raja-raja bumi? Di manakah para penguasa? Di manakah orang-orang yang sombong? Dan untuk siapakah kekuasaan pada hari ini?” Maka Dzat menjawab dengan berkata: “Bagi Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”

Keadaan alam semesta akan tetap seperti itu selama 40 hari, sebagaimana yang diterangkan oleh hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Telah bersabda Rasulullah saw: “Antara dua tiupan adalah 40.”

Orang-orang bertanya: “Wahai Abu Hurairah, 40 hari-kah?” Ia ra menjawab: “Saya tidak tahu dan saya enggan untuk menjawab.”

Mereka bertanya lagi: “40 tahun-kah?” Ia ra menjawab: “Saya tidak tahu dan saya enggan untuk menjawab.”

Mereka bertanya lagi: “40 bulan-kah?” Ia ra menjawab: “Saya tidak tahu dan saya enggan untuk menjawab.”

Kemudian setelah itu Allah menurunkan hujan dari langit seperti gerimis atau bayangan (naungan), yang dengannya tumbuhlah semua jasad makhluk; sesungguhnya semua manusia akan hancur kembali kecuali “ekor yang terakhir” (yaitu tulang yang ada di punggung paling bawah), dan darinya-lah tumbuh tubuh atau jasad dan tersusun kembali, maka jadikanlah itu sebagai i’tibar wahai orang-orang yang punya penglihatan akal.

Maka apabila telah sempurna penciptaan tersebut, Allah menghidupkan Israfil sebagai makhluk pertama yang dihidupkan, kemudian menyuruhnya untuk berseru mengatakan: “Wahai tulang-tulang yang hancur, sendi-sendi yang terputus, bagian-bagian yang terpisah, dan rambut-rambut yang tercabik, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk bersatu kembali untuk memutuskan (keputusan) keadilan.” (Lihat kitab Hasyiyat Asshary terhadap Tafsir Jalalin, 3:328 pada ayat 53, surat Yasin, yaitu yang berarti: “Sesungguhnya ia hanyalah sekali tiupan saja, maka tiba-tiba mereka sudah dihadirkan di hadapan Kami.”


Tiupan ketiga, yaitu tiupan kebangkitan.
Pada “Shur” (terompet sangkakala) itu terdapat lobang-lobang yang banyak sesuai dengan jumlah roh atau nyawa semua makhluk, maka Israfil pun meniupnya dan terbanglah semua roh ke jasadnya masing-masing. Roh kaum Mukminin akan terbang dengan memancarkan nur (cahaya) sedangkan ruh kaum kafir akan menimbulkan kegelapan. Kemudian Allah berkata: “Demi kebesaran dan keperkasaan-Ku semua roh harus benar-benar kembali kepada jasadnya yang dulunya ia huni di dunia.”

Maka dengan demikian bersemayamlah setiap roh di jasadnya dan setiapnya akan bangun dari kuburnya masing-masing sedangkan kepalanya masih bergelimang tanah. Dan berkatalah orang-orang kafir: “Ini adalah hari yang sulit.” Sedangkan orang-orang Mukmin berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami.”
——————————————————————————————————————————
Seorang ulama Yahudi datang kepada Nabi dan berkata: “Hai Muhammad atau hai Abul Qasim! Pada hari kiamat, Allah menggenggam langit dengan satu jari tangan, bumi dengan satu jari, gunung dan pepohonan dengan satu jari, air dan tanah dengan satu jari, begitu pula semua makhluk yang lain dengan satu jari. Kemudian Dia menggoyangkan mereka semua sambil berfirman: ‘Akulah Raja, Akulah Raja!’” Rasulullah tertawa kagum mendengar perkataan orang alim itu. Beliau membenarkan keterangan orang itu, kemudian membacakan ayat: “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Shahih Muslim No. 4992)
——————————————————————————————————————————




ilustrasi hari kiamat
sumber : http://jookut.wordpress.com